1.1 Latar Belakang
Resiko sangat berhubungan
dengan ketidakpastian, ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup
informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak
pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Dalam
beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam
perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan
pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini.
Secara umum resiko
dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan
di mana terdapat kemungkinan yang merugikan. Mengapa resiko harus
dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena resiko mengandung
biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu
perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari
peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya
gedung, material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap untuk
dijual). Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak
bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan arus
kas. Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada supplier dan
kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas
dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.
Resiko dapat dikurangi
dan bahkan dihilangkan melalui manajemen resiko. Peran dari manajemen
resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat berubah,
mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan strategic
management, mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki organisasi, dan
mengurangi reactive decision making dari manajemen puncak.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa
saja metode pengelolaan risiko?
2. Apa
saja cara dalam risk transfer?
PEMBAHASAN
2.1 Teknik-teknik manajemen risiko
Dalam mengelola risiko pada suatu organisasi sangat
tergantung dari hasil indentifikasi risiko yang mungkin muncul/terjadi pada
organisasi tersebut, serta berapa nilai kerugian bila hal tersebut terjadi dan
yang terakhir adalah frekuesi (probabilitas) kejadian tersebut
terjadi. Berdasarkan ketiga faktor baru organisasi dapat menentukan
teknik apa yang tepat dalam mengelola risiko tersebut. Hal ini perlu
menjadi perhatian mengingat didalam mengelola risiko juga perlu
mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diterima, sehinga
alternatif yang diambil dalam pengelolaan risiko telah merupakan
alternatif terbaik dengan kriteria manfaat yang paling optimum dengan biaya
atau pengeluaran yang terendah. Berikut ini beberapa alternatif
pilihan dalam mengelola suatu risiko dalam dunia bisnis:
1. Penghindaran (Risk Avoidance)
Alternatif penghindaran
risiko pada umumnya dapat dilakukan pada tahap perencanaan dimana
kemungkinan-kemungkinan risiko yang terjadi dapat diatasi dengan berbagai
tindakan pencegahan. Misalnya risiko kebanjiran yang dapat diatasi dengan
mencari lokasi yang bebas banjir, atau risiko melanggar peraturan pengelolaan
lingkungan yang dapat dilakukan dengan mempersiapkan seluruh dokumen dan
persyaratan yang terkait dengan lingkungan atau risiko adanya penuntutan
(komplain) dari konsumen terhadap produk yang dihasilkan dapat dihindari
dengan mencantumkan spesifikasi produk yang jelas dan rinci serta melakukan
berbagai uji coba sebelum produk dipasarkan. Namun untuk risiko
murni (Pure Risk) dengan kemungkinan terjadinya rendah serta sukar diprediksi
teknik penghindaran tidak dapat digunakan.
2. Menahan atau Menanggung (Risk
Retention)
Pada suatu kondisi
dengan pertimbangan tertentu perusahaan berani menanggung berbagai kemungkinan
risiko yang terjadi. Namun demikian, perusahaan tetap berupaya agar
risiko itu tidak terealisasi/terjadi atau juga mencadangkan sejumlah
anggaran dengan pola tertentu sebagai antisipasi bila kondisi terburuk
terjadi. Berikut ini beberapa bentuk risiko dan kondisi
sehingga perusahaan berani menanggung risiko yang mungkin terjadi.
A. Penahanan yang direncanakan dan tidak
direncanakan
Yang dimaksud dengan
penahanan risiko direncanakan adalah dimulai dari upaya untuk mengetahui
seluruh risiko yang mungkin timbul, atau mengindentifikasi risiko yang
ada kemudian menyusun berbagai tindakan yang akan diambil. Pada kondisi
ini tindakan yang diambil menjadi tanggung jawab perusahaan sendiri dan tidak
dialihkan pada pihak lain atau pihak ketiga diluar perusahaan contohnya
perusahaan lebih menekankan pada pelatihan mengemudi dan seleksi pengemudi yang
ketat dalam upaya mengantisipasi risiko terjadinya kerusakan kendaraan akibat
kecelakaan. Pada kondisi ini perusahaan lebih memilih menganggarkan dana
untuk meningkatkan ketrampilan mengemudi daripada mengasuransikan kendaraan.
Sedangkan penahanan
risiko tidak direncanakan adalah merupakan bentuk kegagalan perusahaan dalam
mengindentifikasi risiko yang mungkin terjadi sehingga pada saat risiko itu
terjadi perusahaan tidak memiliki anggaran atau tidak memiliki tindakan
yang telah terencana dalam mengatasinya. Misalnya risiko kegagalan
peluncuran produk terkait dengan tenaga ahli yang beralih pada perusahaan lain,
atau tuntutan konsumen terhadap produk dll.
B. Pendanaan risiko yang ditahan
Seperti tersebut
diatas, dalam menerapkan risk retension (menahan risiko) perusahaan tetap
membutuhkan angaran walaupun dalam jumlah yang lebih sedikit jika dibandingkan
harus melakukan risk transfer. Pada jenis usaha tertentu pembebanan dalam
menerapkan retensison risk dapat dialihkan kepada konsumen melalui penambahan
sejumlah biaya tertentu dari produk yang dihasilkan perusahaan. Namun
penerapa metode ini perlu mempertimbangkan agar penambahan biaya tidak
mengurangi daya saing perusahaan ditinjau dari harga yang ditawarkan.
Misalnya risiko kehilangan atau rusak dari produk yang ditawarkan pada
perusahaan retail (supermarket). Hal ini dapat diketahui dari adanya
perbedaan harga yang ditawarkan untuk item yang sama pada supermarket yang
berbeda (perbedaan ini juga dimungkinkan dari diskon yang diberikan rekanan
pada supermarket tersebut).
Berikut ini beberapa
model pendanaan untuk risk retension:
a. Dana Cadangan
Dana cadangan merupakan
pengalokasian atau penyisihan dana tertentu dapat dari keuntungan
perusahaan atau yang lain secara periodik dengan tujuan untuk pembiayaan
kerugian yang mungkin. Misalnya saja sebesar 1 % dari laba ditahan
dialokasikan untuk pengelolaan risiko.
b. Self Insurance
Self insurance
dilakukan dengan cara menyisingkan atau membayarkan sejumlah dana tertentu
(berdasarkan hasil perhitungan) kepada pihak didalam perusahaan yang ditugaskan
untuk mengelola risiko. Yang perlu diperhatikan dalam self insurance
adalah eksposure diperusahaan cukup besar dan risiko dapat diprediksi
dengan baik. Keuntungan dari metode ini adalah bila kejadian tidak
terjadi maka tidak menimbulkan biaya tambahan.Bayangkan bila hal ini terjadi
dan kita telah membayar premi asuransi yang tidak mungkin ditarik
kembali.Sedangkan kerugian atau keterbatasan dari konsep self insurance adalah
jumlah eksposurennya yang harus tinggi sehingga memenuhi skala ekonominya.
c. Captive Insurance
Captive insurance
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan self insurance dimana perusahaan
membayarkan atau mengalokasikan sejumlah dana tertentu kepada pihak
didalam perusahaan (pengelola risiko). Namun untuk captive
insurance pihak pengelola risiko mendirikan perusahaan lain
yangmerupakan anak perusahaannya.
3. Diversifikasi
Diversifikasi berarti
menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak
terkonsentrasi pada satu atau dua eksposur saja.
Contoh: memegang aset
tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam (saham, obligasi, properti). Jika
terjadi kerugian pada satu aset, kerugian tersebut bisa dikompensasi oleh
keuntungan dari aset yang lainnya.
4. Transfer Risiko
Keputusan mengalihkan
risiko adalah dengan cara risiko yang kita terima tersebut kita alihkan ke
tempat lain sebagian. Jika tidak ingin menanggung risiko tertentu, kita dapat
menstransfer risiko tersebut kepada pihak lain yang lebih mampu menghadapi
risiko tersebut.
Contoh: membeli
asuransi kecelakaan. Jika terjadi kecelakaan, perusahaan asuransi akan
menanggung kerugian dari kecelakaan tersebut.
5. Pengendalian Risiko
Dilakukan untuk
mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya risiko atau kejadian yang
tidak kita inginkan. Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan
kebijakan antisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi.
Contoh: untuk mencegah
kebakaran, kita memasang alarm asap dibangunan kita. Alarm merupakan
salah satu cara kita mengendalikan risiko kebakaran.
2.2 Risk Transfer
Bila skala ekonomis
tidak terpenuhi, serta merasa tidak memilki kompetensi dan waktu untuk
mengelola risiko maka alternatif yang dapat dipilih dalam mengelola risiko
adalah melakukan trnsfer risiko atau risk transfer. Pada kondisi ini
dengan mengalokasikan sejumlah biaya tertentu (biaya lebih rendah jika
dibandingkan biaya yang mungkin dikeluarkan bila risiko terjadi) pada pihak
lain yang memilki kemampuan dan kapasitas untuk mengumpulkan eksposure sehingga
mencapai kondisi ekonomi.
Berikut ini beberapa
cara dalam risk transfer.
A. Asuransi
Prinsip bisnis asuransi
didasarkan pada upaya mengumpulkan (pool) sumberdaya, bukannya mengumpulkan
risiko. Melalui premi yang diterima perusahaan asuransi, sampai pada
skala ekonomisnya akan memperkecil probabilitas tidak bisa memenuhi
kewajibannya. Pada kondisi ini pihak asuransi dapat menghitung tingkaat biaya
yang akan dibebankan mengingat mereka sudah dapat menghilangkan risiko ketidak
pastiannya.
Asuransi merupakan
kontrak perjanjian antara yang diasuransikan (insured) dan perusahaan asuransi
(insurer), dimana insurer bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang
dialami pihak yang diasuransikan, dan pihak pengasuransi (insurer) memperoleh premi
asuransi sebagai balasannya. Ada empat hal yang diperlukan dalam transaksi
asuransi: (1) perjanjian kontrak, (2) pembayaran premi, (3) tanggungan
(benefit) yang dibayarkan jika terjadi kerugian seperti yang disebutkan dalam
kontrak, dan (4) penggabungan (pool) sumberdaya oleh perusahaan asuransi yang
diperlukan untuk membayar tanggungan.
B. Hedging
Merupakan salah satu
bentuk risk transfer dengan melibatkan pihak lain sebagai penanggung jawab bila
terjadi kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Hedging biasanya
terkait dengan perlindungan terhadap kewajiban membayar atau kebutuhan akan
uang asing. Misalnya kewajiban untuk dapat membayar hutang dalam dolar
atau dalam mata uang asing lainnya, atau juga kewajiban untuk membayar
pembelian bahan baku dalam mata uang asing seperti dolar atau pounstreling dan
yen. Perubahan kurs mata uang asing terhadap rupiah misalnya dapat menimbulkan
kerugian yang sangat besar misalnya saja waktu kejadian kerusuhan Mei 1998 yang
mendorong dollar terapresiasi terhadap rupiah yang mencapai 500%. Pada
kondisi ini perusahaan yang melakukan hedging dengan kepemilikan atau opsi
membeli dollar dimasa depan akan sangat tertolong mengingat sesuai dengan
perjanjian forward atau future yang bersangkutan tidak harus membeli pada kurs
yang akan datang tetapi berdasarkan kesepakatan yang berlaku dalam
kontrak. Untuk kondisi seperti ini hedging sangat mirip dengan asuransi.
C. Incoporated
Incoporated merupakan
bentuk transfer risiko bagi individu mengingat dengan pembentukan
perusahaan kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya terbatas
pada modal yang disetorkan. Kewajiban tersebut tidak akan sampai ke kekayaan
pribadi. Secara efektif, sebagian risiko perusahaan ditransfer ke pihak lain,
dalam hal ini biasanya kreditur (pemegang hutang). Jika perusahaan bangkrut,
maka pemgang saham dan pemegang hutang akan menanggung risiko bersama, meskipun
dengan tingkatan yang berbeda. Pemegang hutang biasanya mempunyai prioritas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemegang saham. Misalkan perusahaan
bangkrut, asetnya dijual, hasil penjualan aset tersebut akan diberikan ke
pemegang hutang. Jika masih ada sisa, pemegang saham baru bisa memperoleh
bagiannya.
3. Kesimpulan
Resiko sangat tidak bisa dihindari tetapi resiko dapat
dikurangi atau dihilangkan dengan pengelolaan resiko. Karena resiko sangat
mengandung ketidak pastian, maka dalam menjalankan usaha perlu diterapkan
manajemen resiko maupun pengelolaan resiko, pengelolaan resiko terbagi dalam
bermacam-macam metode, mulai dari penghindaran,menahan atau menanggung,
diversifikasi, transfer resiko, pengendalian resiko, pendanaan resiko. Dalam
metode transfer resiko ada berbagai macam cara, diantaranya adalah asuransi,
hedging dan incoporated
Refrensi:
No comments:
Post a Comment