Laut adalah kumpulan air
asin dalam jumlah yang sangat banyak dan luas yang menggenangi dan membagi
daratan atas benua atau pulau. Jadi laut adalah merupakan air yang menutupi
permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya mengandung garam dan berasa asin.
Biasanya air yang ada di darat mengalir dan bermuara ke laut.
Limbah minyak, adalah buangan yang berasal dari
hasil explorasi produksi minyak, pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas
penyimpanan, pemrosesan, dan tangki penyimpanan minyak pada kapal laut. Limbah
minyak merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3), karena sifatnya itulah, maka
konsentrasi ataupun jumlahnya dapat mencemarkan dan membahayakan lingkungan
hidup, serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya.
Pada umumnya, pengeboran minyak bumi di laut
menyebabkan terjadinya peledakan (blow
out) di sumur minyak. Ledakan ini
mengakibatkan semburan minyak ke lokasi sekitar laut, sehingga menimbulkan
pencemaran. Seperti yang terjadi pada April 2010 yang lalu di Teluk Meksiko 80
Km dari Pantai Lousiana, ledakan anjungan minyak lepas pantai yang dikelola
oleh perusahaan minyak British Petroleum
itu menumpahkan minyak mintah sebanyak 4.000.000
galon minyak mentah yang terus menyembur keluar dari lokasi pengeboran.
Efek yang ditimbulkan akibat pencemaran minyak bumi
di laut itu sendiri adalah :
1. 1. Rusaknya
estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu berwarna gelap yang
terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir tumbuhan dan hewan. Gumpalan tar yang terbentuk dalam proses
pelapukan minyak akan hanyut dan terdampar di pantai.
2. 2. Kerusakan
biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal yaitu reaksi
yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel ataupun subsel
pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian. Efek subletal yaitu
mepengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun tidak mengakibatkan
kematian secara langsung. Terumbu karang akan mengalami efek letal dan subletal
dimana pemulihannya memakan waktu lama dikarenakan kompleksitas dari
komunitasnya.
3. 3. Pertumbuhan
pitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa beracun dalam
komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang terbentuk dari proses biodegradasi.
Jika jumlah pitoplankton menurun, maka populasi ikan, udang, dan kerang juga
akan menurun. Padahal hewan-hewan tersebut dibutuhkan manusia karena memiliki
nilai ekonomi dan kandungan protein yang tinggi.
4. 4. Penurunan
populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick (lapisan
minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-burung laut. Hal
ini dikarenakan slick membuat permukaan laut lebih tenang dan menarik
burung untuk hinggap di atasnya ataupun menyelam mencari makanan. Saat kontak
dengan minyak, terjadi peresapan minyak ke dalam bulu dan merusak sistem
kekedapan air dan isolasi, sehingga burung akan kedinginan yang pada akhirnya
mati.
Penanganan
di laut
Tindakan pertama yang dilakukan dalam mengatasi
tumpahan minyak yaitu dengan melakukan pemantauan banyaknya minyak yang
mencemari laut dan kondisi tumpahan. Ada dua jenis pemantauan yang dapat
dilakukan, yaitu :
1. 1. Pengamatan
secara visual
Pengamatan yang menggunakan pesawat
terbang, teknik ini melibatkan banyak pengamat, sehingga laporan yang diberikan
sangat bervariasi. Pada umumnya pemantauan dengan teknik ini kurang dapat
dipercaya. Sebagai contoh, pada tumpahan jenis minyak yang ringan akan
mengalami penyebaran (spreading),
sehingga menjadi lapisan yang sangat tipis di laut. Pada kondisi ideak akan
terlihat warna terang, namun penampakan lapisan ini sangat tergantung pada
jumlah cahaya matahari, sudut pengamatan dan permukaan laut, sehingga
laporannya tidak dapat dipercaya.
2. 2. Pengamatan
penginderaan jauh
Metode ini dilakukan dengan
berbagai macam teknik, seperti Side-Looking
Airborne Radar (SLAR). SLAR dapat
dioperasikan setiap waktu dan cuaca, sehingga menjangkau wilayah yang lebih
luas dengan hasil penginderaan yang detail. Tetapi teknik ini hanya bisa
mendeteksi lapisan minyak yang tebal dan teknik ini tidak bisa mendeteksi
minyak yang berada dibawah air dalam kondisi laut yang tenang. Selain SLAR ada
juga teknik Micowave Radiometer, Infrared-Ultraviolet Line Scanner, dan Landsat Satellite System. Berbagai
teknik ini biasanya digunakan untuk menghasilkan informasi yang cepat dan
akurat.
Metode
penanggulangan
1. In-situ
burning
pembakaran minyak pada permukaan
air sehingga mampu mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut,
penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi, yang dijumpai
dalam teknik penyisihan secara fisik. Cara ini membutuhkan ketersediaan booms
(pembatas untuk penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api. Beberapa
kendala dari cara ini adalah pada peristiwa tumpahan besar yang memunculkan
kesulitan untuk mengumpulkan minyak dan mempertahankan pada ketebalan yang
cukup untuk dibakar serta evaporasi pada komponen minyak yang mudah terbakar.
Sisi lain, residu pembakaran yang tenggelam di dasar laut akan memberikan efek
buruk bagi ekologi.
2. Penyisihan
minyak secara mekanis
Penyisihan minyak secara mekanis
terbagi melalui dua tahap, yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms
dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan
mekanis yang disebut skimmer. Upaya ini terhitung sulit dan mahal meskipun
disebut sebagai pemecahan ideal terutama untuk mereduksi minyak pada area
sensitive, seperti plantai dan daerah yang sulit dibersihkan dan pada jam-jam
awal tumpahan. Sayangnya keberadaan angin, arus, dan gelombang mengakibatkan
cara ini menemui banyak kendala.
3. Bioremediasi
Mempercepat proses yang terjadi
secara alami, misalkan dengan menambahkan nutrient, sehingga terjadi konversi
sejumlah komponen menjadi produk yang kurang berbahaya seperti CO2, air, dan
biomass. Selain memiliki dampak lingkungan yang sangat kecil, cara ini bisa
mengurangi dampak tumpahan secara signifikan. Sayangnya, cara ini hanya bisa
diterapkan pada pantai jenis tertentu, seperti pantai berpasir dan berkerikil,
dan tidak efektif untuk diterapkan di lautan.
4. Menggunakan
sorbent
Penyisihan minyak melalui mekanisme
adsorpsi (penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan
minyak ke dalam sorbent). Sorbent sendiri berfungsi mengubah fasa minyak dari
cair menjadi padat sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus
memiliki karakteristik hidrofobik, oleofobik, dan mudah disebarkan ke permukaan
minyak, diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik
alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung,
vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen,
dan serat nilon).
5. Menggunakan
dispersan kimiawi
Memecah lapisan minyak menjadi
tetesan kecil (droplet) sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan
ke dalam tumpahan. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang
disebut surfaktan (berasal dari kata “surfactants=surface-active agents atau
zat aktif permukaan).
Berbagai
cara metode penanggulan tersebut memang tidaklah murah, dan meninggalkan residu
di alam. Untuk itu diperlukan adanya ke hati-hatian dari para pekerja di
pengeboran minyak lepas pantai, demi pencegahan tumpahan minyak ke laut.
- http://furkonable.wordpress.com/2010/04/01/analisis-pencemaran-laut-akibat-tumpahan-minyak-di-laut/
ARTIKEL YANG MENARIK......SUKSES SELALU
ReplyDelete